Hosting Unlimited Indonesia

Wednesday, August 18, 2021

TITRASI ASAM BASA

 

TITRASI ASAM BASA

 

I.       TUJUAN

a.       Memahami prinsip analisa volumetri.

b.      Menstandarisasi larutan NaOH  dan asam Oksalat.

c.       Menentukan konsentrasi HCl dengan mentitrasi dengan menggunakan larutan standar sekunder NaOH.

d.      Mempelajari penggunaan stokiometri pada titrasi asam basa.

e.       Melatih keterampilan memipet, mentitrasi dan menggunakan indikator fenolftalein.

 

II.    TEORI

Titrasi adalah suatu cara penentuan kadar suatu larutan dengan menambahkan larutan penguji yang dapat bereaksi dengan larutan yang ingin ditentukan kadarnya. Pengertian tirasi asam basa adalah analisa volumetri yang berdasarkan reaksi  penetralan dimana sejumlah volume basa dinetralkan tepat dengan asam, dan salah satu konsentrasinya telah diketahui.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai titrasi asam basa kita akan membahas  terlebih dahulu mengenai teori asam basa.

a.       Teori  Arrhenius

Menurut teori – teori  tentang  pengionan elekrolit yang dikemukakan oleh Arrhenius, elektrolit bila dilakukan dalam air, langsung terurai menjadi zarah – zarah bermuatan positif dan negatif  yang disebut ion. Elektrolit yang terurai menjadi ion – ion itu menyebabkan larutan berair menjadi bersifat asam atau basa. Ion yang menyebabkan sifat asam itu adalah proton sedang ion hidroksida menyebabkan sifat basa.

b.      Teori Bronsted – Lowry

Menurutnya proton berperan penting dalam setiap reaksi asam–basa. Proton juga menentukan sifat asam-basa senyawa–senyawa.

 

 

Syarat – syarat reaksi volumetri

1.   Reaksi harus berlangsung dengan cepat antara larutan standar dengan sampel atau antara zat pentiter dengan titran.

2.   Reaksi berlangsung secara kualitatif (reaksi penitrasi dan titran seimbang).

3.   Kelebihan zat penitrasi dapat diketahui dengan perubahan warna indikator, timbulnya endapan.

 

Jenis – jenis titrasi volumetri

a.       Titrasi langsung

Titrasi langsung adalah konsentrasi sampel dapat langsung dihitung dengan pemakaian volume standar.

(V.M)standar = (V.M) sampel.

b.      Titrasi tidak langsung

Sebelum menambahakan larutan standar, tambahkan dulu sampel dengan larutan lain yang berlebih dan  terukur. Kemudian baru ditambahkan larutan standar, dimana larutan standar akan bereaksi dengan kelebihan yang ditambahkan. Berlebih maksudnya konsentrasi zat yang ditambahkan melebihi konsentrasi larutan sampel.

 

Mc = (V1.M)a – (V2.M)a sisa

   10

 

Titik ekuivalen

Adalah suatu saat dimana telah didapat kesetimbangan mol zat standar dengan mmol zat yang dititer (sampel).

Titik akhir titrasi

Adalah telah tercapainya suatu titik dimana telah berolehnya reaksi antara larutan standar dengan zat yang dititrasi yang ditandai dengan perubahan warna.

Indikator

Adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik lemah yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator yang encer yang harus ditambahkan kedalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul molar yang rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Semakin lemah suatu indikator sebagai asam, semakin tinggi pH ditempat terjadinya perubahan warna. Perubahan warna tersebut muncul pada rentang satu sampai dua satuan pH.

 

Titrasi asam basa dibagi menjadi dua, yaitu :

1.      Titrasi asam-basa asidimetri

Adalah suatu titrasi asam-basa dimana larutan standarnya yang digunakan adalah larutan asam.

2.      Titrasi asam-basa alkalimetri

Adalah suatu jenis titrasi asam-basa dimana larutan standarnya adalah larutan basa.

Larutan satandar dibagi menjadi 3:

1.      Larutan standar primer

Larutan standar primer ini merupakan larutan yang dibuat berdasarkan zat yang seimbang dengan tepat dimana larutan tersebut dapat langsung diperoleh.

Syarat larutan standar primer adalah:

1.      Mudah didapatkan atau tersedia dalam bentuk murni

2.      Kemurnian larutan standar primer sekitar 99,985

3.      Mudah mengering dan tidak higroskopis

4.      Memiliki berat ekuivalen yang tinggi untuk meminimalkan kesalahan saat penimbangan

5.      Tidak banyak teroksidasi

6.      Mempunyai berat molekul yang tinggi

7.      Tidak mudah teroksidasi atau bersifat stabil atau tidak mudah terurai

2.      Larutan standar sekunder

Adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti dengan menstandarisasi larutan tersebut dengan larutan standar primer. Contohnya KMnO4, Na2S2O3.

 

3.      Larutan standar tersier

Larutan standar yang konsentrasinya ditentukan berdasarkan standar dengan larutan standar sekunder.

Kelayakan titrasi asam basa

Supaya suatu reaksi kimia cocok digunakan dalam titrasi, reaksi harus sempurna pada titik ekuivalen. Derajat kesempurnaan reaksi menentukan ukuran ketajaman bagian vertikal dari kurva titrasi. Semakin besar tetapan kesetimbangan, semakin sempurna reaksinya. Semakin mudah untuk menempatkan titik ekuivalen dengan presisi yang bagus.

1.         Besarnya tetapan kesetimbangan

Konsentrasi zat yang dititrasi dan titran mempengaruhi besarnya pH, dan pada kondisi tertentu seorang analis bisa puas dengan kepresisian yang kurang daripada yang disebut diatas.

2.      Pengaruh konsentrasi

Besarnya pH pada titik ekuivalen juga bergantung pada konsentrasi pada perubahan pH titrasi asam kaut – basa kuat ditunjukkan dalam gambar. Dengan berkurangnya konsentrasi analis dan titran, berkurang pula pH.

 

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%20054828/Img/materi_clip_image002_0001.jpg

Kesimpulan

1.      Semakin kecil nilai ka, semakin tinggi pH pada titik ekuivalen dan semakin  kecil perubahan pH.

2.      (a) Meningkatnya banyak HA yang dititrasi dalam volume awal yang sama akan menurunkan perubahan pH.

(b) jika jumlah HA yang sama dititrasi tetapi volume awal dikurangi, pH meningkat.

3.      Meningkatnya konsentrasi titran meningkatkan pH. Ini menurunkan volume titran yang dibutuhkan, sehingga membuat galat relatif yang lebih besar.

Titrasi dikatakan sesuai apabila telah mencapai titik ekuivalen, yaitu suatu titik dimana mol zat pentiter sama dengan mol zat yang dititer. Terjadi sebelum tercapai titik akhir titrasi.

Berikut ini adalah jenis titrasi asam – basa :

1.      Kurva titrasi asam kuat dan basa kuat

 

2.      Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat

 

 

3.      Kurva titrasi asam kuat basa lemah

 

4.      Titrasi asam lemah basa lemah

 

 


III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1.Alat dan bahan

-          Buret digunakan untuk meletakkan larutan standar

-          Erlenmeyer digunakan untuk meletakkan sampel yang akan dititrasi

-          Pipet gondok digunakan untuk mengambil zat sesuia dengan ukuran pipet tersebut

-          Pipet tetes digunakan untuk menambahkan zat sedikit-sedikit

-          Labu ukur digunakan untuk mengukur volume zat yang berupa cairan

-          Standar digunakan untuk meletakkan buret atau menegakkan buret

 

3.2.Skema Kerja

a.       Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

Asam Oksalat

-          Timbang 1 sendok kecil

-          Masukkan kedalam gelas piala

-          + 25 ml aquadest, aduk

-          Encerkan dalam labu ukur sampai tanda batas

Larutan

-          Pipet 10 ml, masukkan kedalam erlenmeyer

-          + 2 tetes indikator phenolptalein

-          Titrasi dengan NaOH sampai ada perubahan warna dari bening ke pink

Hitung konsentrasi NaOH

 

 

 

b.      Menentukan konsentrasi HCl

Larutan HCl

- Encerkan dalam labu ukur 100 ml, sampai tanda batas

- Pipet 25 ml larutan, masukkan kedalam erlenmeyer

- + 2 tetes indikator phenolptalein

- Titrasi dengan larutan NaOH, sampai berubah warna dari bening menjadi pink

 

Hitung konsentrasi larutan HCl

 

 

 

 


3.3     Skema alat

 

 

                        

 

 

Keterangan :

1.      Buret

2.      Standar

3.      Klem

4.      Erlemeyer

5.      Labu ukur

 


IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Data dan Pembahasan

Volume NaOH1 = 7,4 ml

Volume NaOH2  = 11,9 ml

Volume HCl1    = 10,8 ml

Volume HCl2    = 10,6 ml

N NaOH              = 0,1 N

 

a.  Massa asam oksalat

 

N               =

0,1 N         =    gr × 1000 ml

                       63,02× 250 ml

gr               = 1,57625

 

Standarisasi NaOH

N asam Oksalat     = 0,1 N

V asam Oksalat     = 10 ml

N NaOH               = 7,4 N

V NaOH               = 11,9 ml

-                                             (V × N) NaOH      = (V × N) Hoks

      10 ml × 0,1 N              =    7,4 ml × N

                              N         = 1 ml N

                                              7,4 ml

                              N         = 0,135 N

 

-                                             (V × N) NaOH      = (V × N) HOks

     10 ml × 0,1 N               = 11,9 ml × N

                              N         = 1 N ml

                                              11,9 ml

                                          = 0,084 N

 

 

N gabungan           = N1 + N2

                                         2

                               = 0,135 ml + 0,084 ml

                                                   2

                                = 0,11 ml

 

Titrasi HCl oleh NaOH

(V × N) NaOH          =     (V × N) HCl

10,8 ml × 0,11 N       =      10 ml × N

                              N  = 1,188 ml N

                                                     10 ml

                              N  = 0,119 N

 

(V × N) NaOH           =    (V × N) HCl

10,6 ml × 0,11 N        =    10 ml × N

                              N  =  1,166 ml N

                                          10 ml

                             N   =   0,117 N

 

N gabungan        = N1 + N2    

                                     2

                           = 0,119 N + 0,117 N

                                            2

                           = 0,118 N

 

                                                = 18 %


4.1.Pembahasan

            Pada praktikum ini yang dilakukan adalah mentitrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi HCl dengan menggunakan larutan standar NaOH dan NaOH sebelum digunakan distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan Asam Oksalat.

            Pada standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan asam Oksalat, larutan asam Oksalat yang sudah diketahui konsentrasinya terlebih dahulu ditambah sedikit demi sedikit dengan menggunakan larutan NaOH yang konsentrasinya belum diketahui. Sebelum menambahkan larutan NaOH jangan lupa menambahkan indikator pp.

            Indikator pp jika ditambahkan kedalam asam tidak berubah warna atau berwarna bening, kalau ditambahkan kedalam basa maka akan menghasilkan warna merah muda. Pada percobaan standarisasi NaOH yang pertama NaOH yang didapatkan sebesar 7,4 ml, sedangkan pada percobaan yang kedua didapat volume NaOH sebesar 11,9 ml. Dalam hal ini terdapat perubahan yang terlalu besar antara volume pertama dengan kedua, hal ini mungkin disebabkan karena pada saat pembacaan buret atau kesalahan yang lainnya.

            Setelah volume NaOH didapat, maka dicari N dari larutan tersebut, dari N yang diketahui tersebut dicari konsentrasi HCl dengan persamaan penentralan. Volume HCl pada percobaan yang pertama didapat sebesar 10,8 ml dan pada percobaan kedua sebanyak 10,6 ml. Konsentrasi HCl yang didapat pada percobaan yang pertama adalah 0,119 N dan yang kedua adalah 0,117 N. Dan didapat konsentrasi gabungan sebesar 0,118 N.

            Setelah mendapatkan nilai N HCl dicari % kesalahan dari titrasi ini. Setelah melakukan perhitungan, didapat % kesalahan sebesar 18 %. % kesalah yang didapatkan terlalu besar, hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dalam melihat skala buret, karena pada perbedaan volume NaOH yang pertama dengan yang kedua sangat besar. Hal ini juga yang mungkin menyebabkan % kesalahan titrasinya begitu besar.

              Hal lain yang juga mempengaruhi hasil titrasi adalah kurang teliti pada saat melakukan titrasi sehingga perubahan warna larutan atau jumlah larutan yang digunkan banyak sehingga juga mempengaruhi terhadap nilai konsentrasi HCl.


V.    KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.      Larutan standar yang digunakan pada praktikum kali ini adalah HOks sebagai larutan standar primer dan NaOH sebagai larutan standar sekunder.

2.      Konsentrasi larutan standar sekunder adalah 0,11 N yang didapat dari standarisasi dengan larutan standar primer.

3.      Konsentrasi larutan HCl adalah 0,118 N

4.      Persentase kesalahan yang diperoleh dalam penentuan konsentrasi HCl kali ini adalah sebesar 18 %. Indikator yang digunakan pada praktikum ini adalah pp.

 

5.2.Saran

            Agar hasil praktikum selanjutnya lebih baik lagi, maka disarankan beberapa hal, yaitu:

1.      Lakukan titrasi dengan teliti dan hati-hati, terutama pada saat mengamati perubahan warna

2.      Lakukan pengukuran dengan tepat dan hati-hati baik dengan pipet gondok maupun dengan buret.

3.      Pada saat melihat skala buret harus hati-hati agar tidak salah dalam menentukan volume.

4.      Semakin banyak mentitrasi maka keakuratan semakin baik.

 


JAWABAN PERTANYAAN

 

1.      Yang dimaksud dengan

a.       Indikator adalah suatu asam basa organik lemah dimana pada pH tertentu akan mengalami perubahan warna

b.      Titik ekuivalen adalah titik dimana mol zat pentiter sama dengan mol zat dititer

c.       Titik akhir titrasi adalah titik dimana telah berakhirnya titrasi yang ditandai dengan perubahan warna

2.      Daerah perubahan warna indikator adalah daerah rentang pH dimana indikator dapat mengalami perubahan warna

3.      Syarat suatu indikator bisa digunakan pada suatu titrasi adalah :

a.       Memberikan perubahan warna pada rentang titik ekuivalen

b.      Bersifat selektif (dengan penambahan sedikit asam atau basa akan mengalami perubahan warna)

c.       Pada umumnya berasal dari tumbuhan

d.      Indikator terdiri dari asam basa organik lemah

4.      Larutan standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti berdasarkan penimbangan.

Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan standarisasi dengan menggunakan larutan standar primer.

5.      Syarat zat yang dapat dipakai sebagai standar primer

a.       Mudah didapat

b.      Mempunyai kemurnian yang tingi

c.       Tidak higroskopis

d.      Berat molekul tinggi

e.       Larut dalam air

6.      Syarat zat yang dapat dipakai untuk standar primer dalam titrasi asam basa : asam oksalat, asam benzoat, 2-asam furonik.

7.      Larutan NaOH tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer karena bersifat higroskopis.


DAFTAR PUSTAKA

 

Noerdin, Dasu Dasli. 1997. Diktat Kimia Analitik. Padang : UNAND     

Oxtobi, David W, h.p, Gillis, dan Normah H. Nachtreio.2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern ed 4  Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Padang : UNAND

Underwood, A.L, R.A Day. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif ed ke-4. Jakarta : Erlangga.